Sudah lama aku menyukaimu
bahkan sejak kamu belum bisa membedakan mana sepatu kanan
dan mana sepatu kiri
mana tangan untuk makan dan mana tangan untuk cebok
Saat itu aku menyukaimu dengan sederhana.
Bukan,
bukan dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya tiada.
Tentu aku belum mengenal istilah itu saat pertama aku menyukaimu.
Saat itu aku menyukaimu dengan sederhana:
dengan rasa bahagia yang muncul saat kita bermain di bawah rerintik hujan,
dengan gelak tawamu yang renyah saat kamu mendapati aku yang tak sengaja menginjak kotoran kerbau,
dengan rekah senyum di bibirmu saat kamu bercerita tentang Negeri para Bidadari di ujung pelangi.
Kemudian dunia berubah
saat yang lain menyebutku "Sudah Dewasa"
Menjadikanku sulit untuk menemukan cara sederhana untuk berbahagia
Dan kamu tetap menjadi anak-anak
yang bersembunyi di dalam diriku.
Aku mulai mengabaikanmu
dan lebih memilih berteman baik dengan realita yang begitu kamu benci:
Rutinitas.
Jakarta, maret 2017
bahkan sejak kamu belum bisa membedakan mana sepatu kanan
dan mana sepatu kiri
mana tangan untuk makan dan mana tangan untuk cebok
Saat itu aku menyukaimu dengan sederhana.
Bukan,
bukan dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya tiada.
Tentu aku belum mengenal istilah itu saat pertama aku menyukaimu.
Saat itu aku menyukaimu dengan sederhana:
dengan rasa bahagia yang muncul saat kita bermain di bawah rerintik hujan,
dengan gelak tawamu yang renyah saat kamu mendapati aku yang tak sengaja menginjak kotoran kerbau,
dengan rekah senyum di bibirmu saat kamu bercerita tentang Negeri para Bidadari di ujung pelangi.
Kemudian dunia berubah
saat yang lain menyebutku "Sudah Dewasa"
Menjadikanku sulit untuk menemukan cara sederhana untuk berbahagia
Dan kamu tetap menjadi anak-anak
yang bersembunyi di dalam diriku.
Aku mulai mengabaikanmu
dan lebih memilih berteman baik dengan realita yang begitu kamu benci:
Rutinitas.
Jakarta, maret 2017
Comments
Post a Comment